GIN memberikan Penghargaan Ayah Pejuang 2017 sebagai bentuk penghargaan kepada para ayah yang berjuang keras untuk keluarganya. Sementara, akhir-akhir ini peran ayah dalam proses pengasuhan di keluarga semakin jauh berkurang.
Menurut Ketua Gerakan Ibu Negeri (GIN) Neno Warisman, minimnya peran ayah saat ini membuat anak-anak Indonesia jauh dari sikap kepemimimpinan.
“Indonesia adalah fatherless country, negara tanpa ayah,” kata Neno Warisman saat memberikan penganugerahan Penghargaan Ayah Pejuang 2017 di Griya Ardhya Garini, Jakarta, (20/01).
Penghargaan Ayah Pejuang 2017 merupakan yang pertama kalinya diberikan oleh GIN. Para ayah yang mendapatkan penghargaan ini dinilai telah berjuang untuk keluarganya dan menginsiprasi.
Sebanyak sembilan orang ayah menerima penghargaan itu. Abdul Hamid, seorang penjual koran yang menjalani profesinya selama lebih dsri 20 tahun dan berhasil menyekolahkan anak-ankanya menyelesaikan pendidikan tinggi dianugerahi penghargaan Ayah Pejuang Keteladanan.
Kolonel (Purn) Kadirin, pria kelahiran 1921 yang terlibat dalam perang di masa-masa perjuangan dianugerahi Ayah Pejuang Keperwiraan. Pakar mikroskopis dr. Tauhid Nur Azhar dianugerahi Ayah Pejuang Keilmuan.
Sementara pimpinan pondok pesantren Miftahul Huda Ciamis KH Nonop Hanafi dinobatkan sebagai Ayah Pejuang Bela Akidah dan NKRI. Artis Teuku Wisnu, diberikan pernghargaan Ayah Pejuang Kepemimpinan.
Pendakwah asal Papua, Ustadz Fadlan Garamatan menerima penghargaan Ayah Pejuang Generasi Quran. Sementara, Kristolog Ustadz Insan Mokoginta dianugerahi penghargaan Ayah Pejuang Tauhidullah.
Pendiri Rumah Anak Sejahtera yang telah membina para ayah di berbagai wilayah Indonesia, Irwan Rinaldi menerima penghargaan Ayah Pejuang Keayahan. Kemudian, pendiri sekolah bagi siswa tidak mampu, Jack Suryaman menerima penghargaan Ayah Pejuang Keberadaban. (sumber)
loading...