Bupati Taput Diminta Selidiki Selebaran Gelap yang Menghina Warga Pahae
Medan (SIB)
Bupati Taput Torang Lumbantobing diminta turut membantu menyelidiki asal-muasal surat gelap, yang beredar saat berlangsung Silaturahmi Akbar Sitompul se-Sumut, Sabtu (1/9), di Gedung Serba Guna Tarutung. Pasalnya, selebaran itu berisi statemen yang nyata-nyata melecehkan dan menghina warga Pahae dan dikait-kaitkan pula dengan bupati.
Hal ini disampaikan beberapa pengurus Marga Sitompul antara lain, Mustofa Sitompul SE, Lamsiang Sitompul SH, Huminsa Sitompul, dan Jumongkas Hutagaol kepada wartawan, Selasa (4/9) di Medan.
“Sebagai orangtua dari seluruh warga Taput, saya kira Torang Lumbantobing tidak akan suka, kalau ada yang melecehkan warganya, apalagi namanya pun dibawa-bawa di dalamnya,” kata Mustofa.
Mustofa sendiri mengaku, bahwa dirinya sudah bisa menerka siapa yang membuat surat gelap tersebut. Karena tiga hari sebelum silaturahmi, dirinya pernah ditelepon seseorang yang terkesan menakut-nakuti, supaya tidak hadir di sana.
“Saya ditelepon seseorang bermarga Sitompul juga. Dia bertanya macam-macam soal rencana silaturahmi, termasuk soal rencana dukungan terhadap calon bupati tertentu. Dia katakan, kalau nanti ada acara mendukung calon bupati tertentu, Torang Lumbantobing akan menghempang dengan massanya,” papar Mustofa.
“Nyatanya seperti kita lihat, acara berlangsung aman dan lancar. Bahkan konvoi warga dari Pahae dikawal oleh petugas Dishub Taput. Jadi bisa kita pastikan, dia orang yang membuat selebaran gelap berusaha membenturkan warga Pahae dengan bupati, dengan maksud yang tidak jelas,” sambung Ketua Litbang Partai Demokrat Sumut ini.
Padahal, katanya lagi, Romiduk Sitompul sebagai sosok yang dikedepankan warga Pahae, pun belum memutuskan, sebagai apa nanti dia dicalonkan. Apakah bupati atau wakil. Yang paling penting, semua pihak harus tahu, bahwa pintu masih terbuka bagi siapa saja untuk dicalonkan warga Pahae atau Marga Sitompul, termasuk untuk Torang Lumbantobing.
“Karena di surat gelap yang menghina warga Pahae itu ada nama Torang Lumbantobing disebut-sebut, maka diharapkan, Torang mewaspadai orang-orang di sekelilingnya, apakah memang untuk mendukung, atau malah ‘menggali kuburan’ untuknya,” imbuhnya.
Hal senada disampaikan Jumongkas yang mengatakan, sungguh perbuatan yang keji, kalau surat gelap itu disebarkan warga Pahae. Apalagi yang dilecehkan adalah seluruh warga Pahae yang terdiri dari berbagai marga dan kebetulan pula sedang menggagas wacana ‘Pahae Bersatu’.
Jumongkas juga menyebut, bahwa yang membuat surat gelap itu bukan siapa-siapa. Dia mengaku bisa menduga, siapa yang melakukannya.
“Selama ini, memang ada oknum terpinggirkan karena sifatnya selalu ingin ditonjol-tonjolkan. Saya sudah kenal dia sejak lama, termasuk sepak terjangnya,” kata Jumongkas.
“Tapi saya kira, apa yang dilakukannya ini sungguh merupakan blunder. Dia mungkin sadar, kalau acara silaturahmi itu sukses, maka kredibilitas dirinya di hadapan orang-orang yang selama ini dia beri ‘bualan’ akan kehebatan dirinya, pasti akan sirna. Sementara di Sitompul sendiri, dia sudah tersisih karena tindakannya yang selalu membawa-bawa nama Sitompul untuk kepentingan pribadi,” katanya.
Sedangkan Lamsiang Sitompul SH meminta kepada oknum penyebar surat gelap itu membaca sejarah. Katanya, bagaimana mungkin dikatakan warga Pahae tidak mampu jadi pemimpin, sedangkan Batak pertama jadi menteri adalah warga Pahae.
“Ir Mananti Sitompul adalah warga Pahae dan dialah orang Batak pertama yang jadi menteri. Tahun 1947 dia adalah Menteri PU-nya Soekarno. Banyak lagi warga Pahae yang sukses dan dengan ‘single fighter’ pula. Kalau ini bersatu, maka yang membuat surat gelap itu, patut menyesalinya seumur hidup,” kata pengacara ini.
Pada kesempatan itu, mereka juga minta Bupati Taput menyelidiki penyebab banjir di Si Atas Barita. Soalnya, kejadian itu disebut-sebut karena ada pekerjaan bangunan dengan menebangi pohon-pohon serta pembuatan kolam asal jadi, sehingga jebol dan merusak rumah-rumah warga.
“Kita tidak ingin ada oknum-oknum mengaku-aku pendukung bupati, hanya karena ingin menyembunyikan boroknya, sehingga bupati turut terkena dampaknya,” kata Jumongkas. Sebagaimana diberitakan, di sela-sela acara ‘Silaturahmi Akbar’ Sitompul di Gedung Serba Guna Tarutung, beredar surat gelap yang berisi pernyataan bahwa warga Pahae tidak ada yang pantas jadi pemimpin.
Medan (SIB)
Bupati Taput Torang Lumbantobing diminta turut membantu menyelidiki asal-muasal surat gelap, yang beredar saat berlangsung Silaturahmi Akbar Sitompul se-Sumut, Sabtu (1/9), di Gedung Serba Guna Tarutung. Pasalnya, selebaran itu berisi statemen yang nyata-nyata melecehkan dan menghina warga Pahae dan dikait-kaitkan pula dengan bupati.
Hal ini disampaikan beberapa pengurus Marga Sitompul antara lain, Mustofa Sitompul SE, Lamsiang Sitompul SH, Huminsa Sitompul, dan Jumongkas Hutagaol kepada wartawan, Selasa (4/9) di Medan.
“Sebagai orangtua dari seluruh warga Taput, saya kira Torang Lumbantobing tidak akan suka, kalau ada yang melecehkan warganya, apalagi namanya pun dibawa-bawa di dalamnya,” kata Mustofa.
Mustofa sendiri mengaku, bahwa dirinya sudah bisa menerka siapa yang membuat surat gelap tersebut. Karena tiga hari sebelum silaturahmi, dirinya pernah ditelepon seseorang yang terkesan menakut-nakuti, supaya tidak hadir di sana.
“Saya ditelepon seseorang bermarga Sitompul juga. Dia bertanya macam-macam soal rencana silaturahmi, termasuk soal rencana dukungan terhadap calon bupati tertentu. Dia katakan, kalau nanti ada acara mendukung calon bupati tertentu, Torang Lumbantobing akan menghempang dengan massanya,” papar Mustofa.
“Nyatanya seperti kita lihat, acara berlangsung aman dan lancar. Bahkan konvoi warga dari Pahae dikawal oleh petugas Dishub Taput. Jadi bisa kita pastikan, dia orang yang membuat selebaran gelap berusaha membenturkan warga Pahae dengan bupati, dengan maksud yang tidak jelas,” sambung Ketua Litbang Partai Demokrat Sumut ini.
Padahal, katanya lagi, Romiduk Sitompul sebagai sosok yang dikedepankan warga Pahae, pun belum memutuskan, sebagai apa nanti dia dicalonkan. Apakah bupati atau wakil. Yang paling penting, semua pihak harus tahu, bahwa pintu masih terbuka bagi siapa saja untuk dicalonkan warga Pahae atau Marga Sitompul, termasuk untuk Torang Lumbantobing.
“Karena di surat gelap yang menghina warga Pahae itu ada nama Torang Lumbantobing disebut-sebut, maka diharapkan, Torang mewaspadai orang-orang di sekelilingnya, apakah memang untuk mendukung, atau malah ‘menggali kuburan’ untuknya,” imbuhnya.
Hal senada disampaikan Jumongkas yang mengatakan, sungguh perbuatan yang keji, kalau surat gelap itu disebarkan warga Pahae. Apalagi yang dilecehkan adalah seluruh warga Pahae yang terdiri dari berbagai marga dan kebetulan pula sedang menggagas wacana ‘Pahae Bersatu’.
Jumongkas juga menyebut, bahwa yang membuat surat gelap itu bukan siapa-siapa. Dia mengaku bisa menduga, siapa yang melakukannya.
“Selama ini, memang ada oknum terpinggirkan karena sifatnya selalu ingin ditonjol-tonjolkan. Saya sudah kenal dia sejak lama, termasuk sepak terjangnya,” kata Jumongkas.
“Tapi saya kira, apa yang dilakukannya ini sungguh merupakan blunder. Dia mungkin sadar, kalau acara silaturahmi itu sukses, maka kredibilitas dirinya di hadapan orang-orang yang selama ini dia beri ‘bualan’ akan kehebatan dirinya, pasti akan sirna. Sementara di Sitompul sendiri, dia sudah tersisih karena tindakannya yang selalu membawa-bawa nama Sitompul untuk kepentingan pribadi,” katanya.
Sedangkan Lamsiang Sitompul SH meminta kepada oknum penyebar surat gelap itu membaca sejarah. Katanya, bagaimana mungkin dikatakan warga Pahae tidak mampu jadi pemimpin, sedangkan Batak pertama jadi menteri adalah warga Pahae.
“Ir Mananti Sitompul adalah warga Pahae dan dialah orang Batak pertama yang jadi menteri. Tahun 1947 dia adalah Menteri PU-nya Soekarno. Banyak lagi warga Pahae yang sukses dan dengan ‘single fighter’ pula. Kalau ini bersatu, maka yang membuat surat gelap itu, patut menyesalinya seumur hidup,” kata pengacara ini.
Pada kesempatan itu, mereka juga minta Bupati Taput menyelidiki penyebab banjir di Si Atas Barita. Soalnya, kejadian itu disebut-sebut karena ada pekerjaan bangunan dengan menebangi pohon-pohon serta pembuatan kolam asal jadi, sehingga jebol dan merusak rumah-rumah warga.
“Kita tidak ingin ada oknum-oknum mengaku-aku pendukung bupati, hanya karena ingin menyembunyikan boroknya, sehingga bupati turut terkena dampaknya,” kata Jumongkas. Sebagaimana diberitakan, di sela-sela acara ‘Silaturahmi Akbar’ Sitompul di Gedung Serba Guna Tarutung, beredar surat gelap yang berisi pernyataan bahwa warga Pahae tidak ada yang pantas jadi pemimpin.
loading...