Toba Helpet Dan Batak Berekor

Dalam sebuah kompetisi sosial, dikenal istilah stereotipe yang mengacu pada panggilan dan sebutan kepada orang luar dengan khusus terhadap etnis tertentu.

Di masyarakat Toba dikenal istilah "Sileban" yang kira-kira menunjukkan arti orang-orang asing. Istilah Sileban biasanya sekarang ini ditujukan kepada orang Jawa maupun orang-orang yang tinggal di Pulau Jawa.

Tidak dapat diketahui pasti mengapa istilah Sileban itu hanya ditujukan kepada kedua group masyarakat ini. Walau dapat dipastikan hal itu merupakan penyempitan makna karena kebanyakan orang-orang Batak atau Toba menjadikan pulau jawa sebagai target utama tujuan perantauan.

Dalam lagu-lagu Batak modern, seringkali dikisahkan ada seorang wanita yang mengutarakan kesedihannya karena dia telah ditinggalkan pacarnya yang berpaling ke lain hati "boru Sileban". Lagu tersebut secara umum bernada sindiran bagi perantau yang merasa lebih superior dari mereka tidak merantau sehingga dengan tegas dia lebih menyukai mempersunting boru Sunda atau Jawa yang dianggap civilised sehingga melupakan istri maupun pacarnya di kampung.

Lagu-lagu tersebut seakan dapat dibuat permisalan terhadap Yuni Sara, selebritis Sunda yang dinikahi oleh pria Batak.

Walaupun begitu, dalam kamus stereotipe antar Batak sendiri, juga, terdapat kata-katayang mengacu kepada satu sama lain.

Istilah Toba Helpet misalnya seringkali muncul dari budaya Angkola yang menunjukkan superioritas budaya Angkola terhadap Toba. Toba Helpet sering digunakan untuk menunjukkan inferiritas orang-orang Toba di mata orang Angkola.

Diperkirakan istilah ini muncul karena dulunya, orang-orang Toba banyak yang merantau ke Sipirok sebagai pusat ekonomi saat itu, dan banyak mereka yang berprofesi pekerjaan yang dianggap hina oleh masyarakat Angkola setempat, seperti kuli angkut, budak, orang upahan, preman dan lain sebagainya.

Kalau dibuat permisalan, kira-kira Toba Helpet sama posisinya dengan kata Indon, sebuah istilah yang dibuat oleh orang-orang Melayu Malaysia untuk menunjukkan inferioritas TKI Indonesia yang banyak berprofesi rendah dan dianggap kerja di bidang-bidang yang kurang bermartabat seperti pembantu, kuli perkebunan kelapa sawit, penyeludup dan lain sebagainya.

Istilah Batak berekor juga sama tuanya dengan istilah-istilah tersebut di atas. Diperkirakan kata "Batak Berekor" ini dimunculkan oleh orang-orang luar Batak yang ingin menunjukkan bahwa di balik kesahajaan dan keluguan orang Batak selalu ada ambisi (baca: ekor) untuk menguasai orang-orang non-Batak.

Budaya ini dapat dimaklumi karena setiap orang Batak mempunyai kepercayaan diri yang tinggi, karena sikap egaliter yang ditumbuhkan dari adat di setiap orang adalah Raja dalam posisi dan situasi tertentu.
loading...

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »