Dipukul Usai Uji Kelayakan Panglima
Jakarta 02/02/2006: Ade Daud Nasution, Anggota Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat dari Fraksi Partai Bintang Reformasi, Kamis (2/2/2006), dipukul seusai melakukan uji kelayakan dan kepatutan calon Panglima TNI Djoko Suyanto. Dia mengajukan berbagai pertanyaan yang bersifat mengoreksi TNI.
Ade Daud seorang pengusaha yang mantan tentara dan menjadi politisi itu, saat keluar dari ruang sidang dan turun dari eskalator, langsung disatroni tiga orang tak dikenal. Secara tiba-tiba salah seorang bertubuh kekar langsung menyerang dan memukul Ade. Ade terhuyung, keningnya robek dan berdarah.
Kekerasan itu seketika menggegerkan Senayan. Ini pertama kali anggota parlemen dipukul secara brutul di gedung perwakilan rakyat itu. Polisi yang bertugas di DPR segera mengamankan Ade dan menggiring ketiga orang pelaku kekerasan itu ke pos pengamanan. Seusai diperiksa polisi pengamanan DPR, ketiga orang itu langsung dibawa ke Kepolisian Daerah Metro Jaya untuk diperiksa lebih lanjut.
Orang yang memukul Ade mengenakan baju safari abu-abu dengan kaus loreng di dalamnya. Rambutnya pendek dan bertangan kekar. Belakangan diketahui bernama Edi. Dua lainnya, seorang mengenakan songkok biru, berjaket hitam dengan baju putih; satunya lagi berjaket hitam dengan kaus merah di dalamnya.
Ade, pemilik HotelCrowne Plaza itu kemudian menjalani pemeriksaan dan perawatan medis di Rumah Sakit Pusat Pertamina.
Ade yang sejak awal menjagokan Djoko Suyanto, dalam uji kelayakan dan kepatutan calon Panglima TNI, Rabu (1/2/2006), mengajukan sejumlah pertanyaan kritis kepada Djoko Suyanto. Dia meminta agar kelak setelah menjadi Panglima TNI benar-benar reformis, berani membongkar mafia-mafia suplier, serta pengadaan barang ke institusi TNI.
Dia antara lain melemparkan joke bahwa di tubuh TNI saat ini terkesan ada empat angkatan, yaitu KASAD, KASAU, KASAL, dan KASAN. ”Kasan ini sebagai suplier, 30 tahun tidak pernah diganti,” ucapnya. Dia juga menyebut pasokan bahan perbekalan (babek) yang selama 30 tahun tidak pernah diganti.
Ade menduga pemukulan dirinya itu terkait dengan adanya ketersinggungan pihak-pihak tertentu atas ucapannya itu. Sebab pemukulan itu terjadi setelah orang tak dikenal itu sempat mempertanyakan ucapan Ade tersebut di atas.
Seusai pemukulan, Ade yang ditemui pers menyesalkan tindakan tersebut karena menghambat dirinya dalam melaksanakan tugas sebagai wakil rakyat. ”Saya akan lapor ke polisi dan lapor presiden serta parlemen internasional,” ucapnya.
Ketua Badan Kehormatan DPR Slamet Effendy Yusuf secara tegas menyatakan bahwa tindakan pemukulan tersebut merupakan contempt of parliament, pelecehan institusi DPR. Selain merupakan penganiayaan pribadi, Ade pun sedang menjalankan tugas sebagai anggota DPR.
”Badan Kehormatan meminta polisi untuk memeriksa setuntas-tuntasnya. Siapa pun orang yang berada di belakang orang ini tidak bisa menghambat proses pemeriksaan,” ujarnya.
Jakarta 02/02/2006: Ade Daud Nasution, Anggota Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat dari Fraksi Partai Bintang Reformasi, Kamis (2/2/2006), dipukul seusai melakukan uji kelayakan dan kepatutan calon Panglima TNI Djoko Suyanto. Dia mengajukan berbagai pertanyaan yang bersifat mengoreksi TNI.
Ade Daud seorang pengusaha yang mantan tentara dan menjadi politisi itu, saat keluar dari ruang sidang dan turun dari eskalator, langsung disatroni tiga orang tak dikenal. Secara tiba-tiba salah seorang bertubuh kekar langsung menyerang dan memukul Ade. Ade terhuyung, keningnya robek dan berdarah.
Kekerasan itu seketika menggegerkan Senayan. Ini pertama kali anggota parlemen dipukul secara brutul di gedung perwakilan rakyat itu. Polisi yang bertugas di DPR segera mengamankan Ade dan menggiring ketiga orang pelaku kekerasan itu ke pos pengamanan. Seusai diperiksa polisi pengamanan DPR, ketiga orang itu langsung dibawa ke Kepolisian Daerah Metro Jaya untuk diperiksa lebih lanjut.
Orang yang memukul Ade mengenakan baju safari abu-abu dengan kaus loreng di dalamnya. Rambutnya pendek dan bertangan kekar. Belakangan diketahui bernama Edi. Dua lainnya, seorang mengenakan songkok biru, berjaket hitam dengan baju putih; satunya lagi berjaket hitam dengan kaus merah di dalamnya.
Ade, pemilik HotelCrowne Plaza itu kemudian menjalani pemeriksaan dan perawatan medis di Rumah Sakit Pusat Pertamina.
Ade yang sejak awal menjagokan Djoko Suyanto, dalam uji kelayakan dan kepatutan calon Panglima TNI, Rabu (1/2/2006), mengajukan sejumlah pertanyaan kritis kepada Djoko Suyanto. Dia meminta agar kelak setelah menjadi Panglima TNI benar-benar reformis, berani membongkar mafia-mafia suplier, serta pengadaan barang ke institusi TNI.
Dia antara lain melemparkan joke bahwa di tubuh TNI saat ini terkesan ada empat angkatan, yaitu KASAD, KASAU, KASAL, dan KASAN. ”Kasan ini sebagai suplier, 30 tahun tidak pernah diganti,” ucapnya. Dia juga menyebut pasokan bahan perbekalan (babek) yang selama 30 tahun tidak pernah diganti.
Ade menduga pemukulan dirinya itu terkait dengan adanya ketersinggungan pihak-pihak tertentu atas ucapannya itu. Sebab pemukulan itu terjadi setelah orang tak dikenal itu sempat mempertanyakan ucapan Ade tersebut di atas.
Seusai pemukulan, Ade yang ditemui pers menyesalkan tindakan tersebut karena menghambat dirinya dalam melaksanakan tugas sebagai wakil rakyat. ”Saya akan lapor ke polisi dan lapor presiden serta parlemen internasional,” ucapnya.
Ketua Badan Kehormatan DPR Slamet Effendy Yusuf secara tegas menyatakan bahwa tindakan pemukulan tersebut merupakan contempt of parliament, pelecehan institusi DPR. Selain merupakan penganiayaan pribadi, Ade pun sedang menjalankan tugas sebagai anggota DPR.
”Badan Kehormatan meminta polisi untuk memeriksa setuntas-tuntasnya. Siapa pun orang yang berada di belakang orang ini tidak bisa menghambat proses pemeriksaan,” ujarnya.
loading...