Papua, Pulau Nusi Sentra Budi Daya Rumput Laut

Perairan sekitar Pulau Nusi, Distrik Kepulauan Padaido, Kabupaten Biak Numfor, Papua, menjadi sentra pengembangan budi daya rumput laut dalam upaya memberdayakan ekonomi masyarakat di sepanjang pesisir setempat.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Biak Numfor Effendi Iggrissa di Biak, Jumat, mengakui budi daya rumput laut di sekitar Kampung atau Desa Nusi Babaruk telah berjalan melibatkan puluhan kepala keluarga kelompok tani.

"Kami terus berupaya mendorong pengembangan budi daya rumput laut agar bisa berhasil dan mampu mendongkrak pendapatan ekonomi keluarga setempat," harap Effendi.

Ia mengakui untuk dapat meraih keberhasilan budi daya rumput laut diperlukan kesabaran warga serta keseriusan petani sejak menebar bibit, memelihara hingga memanen.

Budi daya rumput laut, menurut Kadis DKP Effendi, memerlukan waktu dan ketekunan karena sistem pembudidayaannya masih sangat alami dan tradisional.

Menyinggung prospek budi daya rumput laut di wilayah kepulauan Nusi, menurut Effendi, berdasarkan pengamatan potensinya sangat bagus serta memiliki peluang ekspor.

"Potensi alam laut Biak sangat menopang kegiatan budi daya rumput laut, ya tinggal warga dan kelompok tani bekerja keras serta mampu mengatasi kesulitan saat melakukan penanaman," harapnya.

Pemkab Biak melalui DKP senantiasa memberikan pembinaan manajemen serta pendampingan bagi pengembangan budi daya rumput laut di wilayah kepulauan Nusi serta kepulauan lain yang dianggap berpotensi seperti Pulau Numfor sekitarnya. (antara)

LDR Perbankan Sulut Capai 132, 84 Persen

Kepala Bank Indonesia Perwakilan Sulawesi Utara Luctor Tapiheru mengatakan rasio pinjaman terhadap dana atau loan to deposit ratio (LDR) perbankan di daerah tersebut pada Juli 2014 mencapai 132,84 persen.

"Posisi LDR perbankan Sulut pada bulan Juli 2014 mencapai 132,84 persen jika dibandingkan posisi yang sama tahun lalu 129,59 persen, artinya masih terjadi capital inflow atau dana dari luar Sulut masuk," kata Luctor di Manado, Selasa.

Luctor mengatakan bahwa LDR adalah perbandingan antara penyaluran kredit dan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK).

"Hal ini menandakan penyaluran kredit oleh perbankan di daerah tersebut, khususnya bank umum, terus meningkat, yakni lebih besar daripada penghimpunan dana masyarakat," katanya.
Peningkatan LDR tersebut, menurut dia, karena kredit perbankan di Sulut tumbuh lebih tinggi ketimbang DPK secara year on year (YoY).

"Penyaluran kredit Juli 2014 capai Rp24,46 triliun, sementara penghimpunan dana masyarakat Rp18,41 triliun," kata Luctor.

LDR sebesar 132,84 persen, menurut dia, menandakan bahwa penyaluran kredit kepada masyarakat lebih tinggi daripada dana terhimpun dari masyarakat atau DPK.

"Sebagian perbankan beroperasi di daerah ini harus memasok dana dari luar Sulut untuk memenuhi permintaan kredit sektor riil di daerah ini yang makin tinggi," jelasnya. (antara)

Merek Mobil Ini Dijual, Siapa Mau Beli

Mungkin banyak orang yang tidak tahu kalau Afrika Selatan ternyata sudah memiliki merek lokal. Nama merek itu adalah Puma. Namun, awan gelap kini tengah menyelimuti Puma.

Namun menurut IOL Motoring, ada kabar yang mengejutkan hadir karena Puma hendak dijual.

Sebenarnya, merek ini bermula dari perusahaan Brasil yang berdiri tahun 1964. Perusahaan ini di era 60-an di beli dan direlokasi ke Afrika Selatan pada 1986 ketika dibeli oleh Jack Wijker.

Hasil karya merek ini adalah sebuah sportcar yang berbasis pada Volkswagen Beetle yang dibuat di pabrik kecil di Babalegi, 40 km di utara Pretoria.

Fasilitas itu dimiliki dengan komposisi 50-50 antara Wijker dan Cyril Ramaphosa. Kini, Wijker tengah mengevaluasi semua bisnisnya dan berencana untuk menjual saham yang dimilikinya.

Di perkirakan, nilai dari saham yang dimiliki oleh Wijker ini nilainya mencapai lebih dari 2 juta rand atau sekitar Rp 2,19 miliar.

Sejak beroperasi di Afrika Selatan, merek ini baru memproduksi 34 mobil yang rata-rata diproduksi sesuai pesanan. Tampang mobil buatan Puma mirip Ferrari Dino dengan pilihan mesin 1.6 liter, 1.8 liter, 1.9 liter dan 2.1 liter.

Saat ini ada sekitar 10 mobil yang sedang dalam berbagai tahap penyelesaian. Ketika selesai diproduksi harganya mulai dari 148.500 rand atau sekitar Rp 162,9 jutaan saja. (detik)