UNITA

UNITA

PT PLN Persero Pembangkit Sumbagut Berikan Beasiswa Bagi Mahasiswa UNITA Silangit Siborong-borong


Feb 01, 2007 at 08:20 AM
Balige (SIB)

PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Persero Pembangkit Sumatera Bagian Utara (Sumbagut) menyerahkan beasiswa bagi 20 mahasiswa Universitas Sisingamangaraja XII Tapanuli (UNITA) Silangit Siborong-borong yang memiliki indeks kumulatif 3. PT PLN Pembangkit Sumbagut yang meliputi wilayah Aceh, Sumut dan Riau itu, juga menyerahkan beasiswa bagi 70 orang pelajar SMK se-kabupaten Toba Samosir dari keluarga kurang mampu tapi berprestasi baik.

Beasiswa bagi 20 mahasiswa UNITA Silangit Siborong-borong langsung diserahkan General Manager PT PLN Persero Sumbagut Ir Albert Pangaribuan MSc disaksikan Bupati Tobasa Drs Monang Sitorus SH MBA diterima Rektor UNITA Silangit Ir P Parapat MSi, Pembantu Rektor I Ir Adriani Siahaan MP, Dekan Fakultas Pertanian Dunan Naibaho SP MP, Selasa (30/1) di Balai Data Kantor Bupati Jalan Sutomo Balige.

Sementara itu, beasiswa Rp75 ribu/perbulan selama 1 tahun bagi 70 pelajar SMK yang berprestasi secara simbolis diserahkan Bupati Tobasa Monang Sitorus, Kapolres Tobasa AKBP Alisman Nainggolan, Dandim Taput Mayor S Sinaga, Kajari Balige P Manihuruk SH, Rektor UNITA Ir P Parapat MSi, Drs Vespasianus anggota DPRD Tobasa dan Kadis pendidikan Tobasa Drs Hulman Sitorus. Pada kesempatan itu juga dilaksanakan sosialisasi kelistrikan Sumatera Utara kerjasama antara PT PLN (KIT) Wilayah I Sumatera Utara dengan North Sumatera Crisis Centre bersama KNPI Tobasa.

Ir Albert Pangaribuan MSc mengungkapkan penyerahan beasiswa bagi mahasiswa dan pelajar yang berprestasi itu merupakan bentuk kepedulian PT PLN Persero pada bidang pendidikan. Pemberian beasiswa untuk orang-orang yang berprestasi namun orangtuanya tidak mampu merupakan bagian dari community development (CD) PT PLN.

Dikatakan Albert Pangaribuan yang juga putra Porsea Tobasa itu, dulunya para pelajar dari Kabupaten Toba Samosir banyak yang berprestasi dan telah banyak berkiprah di tingkat nasional dan juga internasional. Oleh karena itu, guna mengangkat kembali orang-orang Toba Samosir yang memiliki prestasi namun orangtuanya kurang mampu, PT PLN Persero memberikan beasiswa.

Demikian halnya bagi mahasiswa berprestasi dari UNITA Silangit Siborong-borong, beasiswa perlu diberikan. Hal itu disebabkan UNITA Silangit Siborong-borong juga harus dikembangkan, mengingat UNITA Silangit Siborong-borong juga mempunyai andil yang besar untuk meningkatkan pendidikan guna meningkatkan sumber daya manusia. “Beberapa waktu yang lalu kita bertemu dengan GM Immanuel Panggabean yang juga ketua BPH Yayasan UNITA Silangit. Pada saat itu kita mengatakan, UNITA harus dikembangkan dan untuk itu, PT PLN Persero akan memberikan beasiswa bagi mahasiswa UNITA yang berprestasi,” jelas Albert Pangaribuan seraya menambahkan melalui pemberian beasiswa itu diharapkan menghasilkan sumber daya manusia yang tinggi, bermoral serta mempunyai budi pekerti.

Oleh sebab itu, kiranya beasiswa ini dapat dimanfaatkan secara efektif dan baik dalam menunjang potensi yang ada pada diri mahasiswa dan siswa. Apalagi siswa atau pelajar di Kabupaten Toba Samosir memiliki AQ di atas rata-rata,” katanya.

Bupati Tobasa Monang Sitorus, Rektor UNITA Ir P Parapat MSi dan Ketua KNPI Tobasa Herbert Sibuea senada mengucapkan terimakasih atas pemberian beasiswa bagi mahasiswa dan pelajar SMK yang berprestasi dan juga kurang mampu. Kedepan, PT PLN Persero diharapkan memberikan perhatian yang besar guna peningkatan pendidikan dengan menambah jumlah pemberian beasiswa bagi mahasiswa dan pelajar yang berprestasi. Apalagi di Toba Samosir ada 6 orang ditemukan AQ 150, kata Bupati.

“Dengan adanya sosialisasi dan juga pemberian beasiswa kepada pelajar yang berprestasi dan kurang mampu dalam pembiayaan sangatlah bermanfaat dan kami yakin hal ini dapat diteruskan pada masa-masa mendatang, pemuda siap berada siap di barisan paling depan untuk mensukseskannya,” kata Ketua KNPI Herbert.

Kelestarian Hutan Sangat Mendukung PLTA

General Manager PT PLN Persero Pembangkit Sumatera Bagian Utara Ir Albert Pangaribuan MSc mengatakan, PT PLN Persero terdiri dari PLTA, PLTU, PLTG dan PLTD. Untuk Daerah Kabupaten Toba Samosir ada PLTA dan rencananya ada PLTA Asahan I dalam proses pengerjaan, PLTA Asahan II Inalum (sudah beroperasi) dan PLTA Asahan III dalam proses Pengerjaan.

Untuk PLTA, pasokan air sangat dibutuhkan untuk memutar turbin pembangkit listrik. Oleh karena itu pembangunan PLTA itu sangat tergantung juga dengan kondisi hutan sekitar PLTA. Oleh sebab itu, hutan jangan sampai gundul. “Untuk Kabupaten Toba Samosir pembangunan PLTA akan menjadi angan-angan jikalau hutan di sekitar Danau Toba sudah gundul dan tidak hijau lagi. “Karena itu, kita perlu melestarikan hutan,” ungkap Albert Pangaribuan.

Agar pembangunan PLTA Asahan IV yang sedang dalam tahap perancangan nantinya bukan hanya sekedar mimpi atau angan-angan, menjadi tanggungjawab kita semua melestarikan hutan-hutan yang ada di sekitar Danau Toba yang airnya kita manfaatkan untuk pembangunan PLTA, ajak Albert.

Pada kesempatan itu, Bupati Tobasa memberikan plat kepada Ir Albert Pangaribuan. Demikian halnya Rektor UNITA Ir P Parapat MSi juga mangulosi pimpinan PT PLN yang membawahi daerah Aceh, Sumut dan Riau Itu.
Orang Jawa di Tanah Batak

Orang Jawa di Tanah Batak

Sejarah Orang Jawa di Tanah Batak
By. Julkifli Marbun



Dalam candaan keseharian yang sering terdengar di Jakarta, terlontar irama stereotipe yang sering kali mengundang tawa. Di Indonesia, dan mungkin saja di berbagai negara, etnik dan suku sering dibuat sebagai bahan canda tawa. Dan itu sah-sah saja.

Banyak canda tawa, yang sebenarnya tujuannya untuk menghibur, sering berbelok penjadi sebuah persepsi. Persepsi yang berbahaya karena tidak didukung oleh fakta yang valid.

Salah satu contohnya adalah sebuah kaset canda berbahasa Batak yang berisi anekdot dari berbagai suku. Misalnya anekdok dari orang Jawa terhadap orang Batak dan sebaliknya. Satu hal yang dibahas di sini adalah, mengenai anekdot “bila orang jawa sendiri, dia akan kerja atau bertani, bila mereka ramai-ramai, mereka akan transmigrasi.”

Ternyata anekdot ini sering dibuat persepsi bahwa orang Jawa merupakan suku yang tidak gemar merantau dan kehadiran mereka di berbagai tempat di luar Jawa merupakan akibat dari program transmigrasi penjajah Belanda dan pemerintan RI orde Baru. Hasilnya, banyak orang di daerah-daerah yang memandang miring eksistensi orang-orang Jawa yang dianggap sebagai orang pusat yang datang mengambil potensi ekonomi daerah. Persepsi ini bahkan seringkali menimbulkan konflik, diskriminasi dan rasialisme paling tidak dalam level stereotipe.

Ini merupakan persepsi yang sangat menyesatkan karena berbagai bukti sejarah mencatat bahwa beberapa kampung jawa telah lama eksis setidaknya sejak sebelum abad ke-10 M di berbagai tempat di Indonesia, khususnya di Sumatera.

Di pinggiran Sungai Aceh, misalnya, telah lama ada nama Kapung Jawa atau Gampong Jawa dan bahkan disebut berkali-kali dalam manuskrip Sejarah Raja-raja Aceh. Dalam peradaban Batak, Kampung Jawa dan orang-orang Jawa sudah berada di tanah Batak, khususnya yang urban, untuk berdagang dan sebagai koloni masyarakat pekerja saat itu. Begitu juga di pulau-pulau lain di luar pulau Jawa.

Dalam manuskrip yang menceritakan Barus, Kesultanan Batak di pesisir Barat di Sumatera dikatakan bahwa salah satu suku yang tinggal dan menjadi warga negara di kesultanan adalah orang Jawa, di samping orang Aceh, Siak, Pidie, Meulaboh, Minang, Cina, India, Arab dan lain sebagainya.

Bahkan orang-orang Jawa disebutkan muncul menjadi penguasa di berbagai tempat. Seperti yang tertulis: “Alkisah maka tersebutlah perkataan kepada Sultan Marah Pangsu (Pardosi Pohan). Adapun Sultan Marah Pangsu itu dia orang bersaudara dua laki-laki satu perempuan, itu perempuan mati di laut ditawan (orang) Jawa……” (lihat hal 43 dari manuskrip kumpulan naskah Barus yang dijilidkan lalu disimpan di Bagian Naskah Museum Nasional Jakarta dengan no. ML 16. Dalam Katalogus van Ronkel naskah ini yang disebut Bat. Gen. 162, dikatakan berjudul “Asal Toeroenan Radja Barus”. Seksi Jawi pertama berjudul “Sarakatah Surat Catera Asal Keturunan Raja Dalam Negeri Barus.

Dalam sejarah nasional juga disebutkan mengenai kedatangan tentara-tentara Jawa dalam ekspedisi-ekspedisi militer. Baik itu dalam ekspedisi Kerajaan Melayu Sriwijaya maupun Imperium Majapahit.

Kolaborasi Peradaban Batak dan Jawa: Simalungun dan Dairi

Disebutkan dalam sejarah bahwa pada tahun 1339 M, Pasukan ampibi Kerajaan Majapahit melakukan infiltrasi di muara Sungai Asahan. Dimulailah upaya invasi terhadap Kerajaan Silo. Raja Indrawarman, seorang Raja keturunan Jawa (Pujakesuma) yang meemrintah di Simalungun, tewas dalam penyerbuan tersebut. Kerajaan Silo berantakan, keturunan raja bersembunyi di Haranggaol.

Pasukan Majapahit di bawah komando Perdana Menteri Gajah Mada, mengamuk dan menghancurkan beberapa kerajaan lain; Kerajaan Haru Wampu serta Kesyahbandaran Tamiang (sekarang Aceh Tamiang) yang saat itu merupakan wilayah kedaulatan Samudra Pasai.

Pasukan Samudra Pasai, di bawah komando Panglima Mula Setia, turun ke lokasi dan berhasil menyergap tentara Majapahit di rawa-rawa sungai Tamiang. Gajah Mada bersma pengawal pribadinya melarikan diri ke Jawa meninggalkan tentaranya terkepung oleh pasukan musuh.

Para Keturunan Indrawarman kembali ke kerajaan dan mendirikan kerajaan baru bernama Kerajaan Dolok Silo dan Kerajaan Raya Kahean.

Sementara itu, Kerajaan Dolok Silo dan Raya Kahean berakulturasi menjadi kerajaan Batak Simalungun, namun tetap berciri khas Hindu Jawa absolut. Konon kerajaan ini mampu berdiri selama 600 tahun. Menjadi dinasti tertua di kepulauan Indonesia di abad 20. Sekitar 250 tahun lebih tua dari Dinasti Mataram di Pulau Jawa.

Pada saat yang sama dua kerajaan lain muncul kepermukaan; Kerajaan Siantar dan Tanah Jawa. Raja di Kerajaan Siantar merupakan keturunan Indrawarman, sementara Pulau Jawa, dipimpin oleh Raja Marga Sinaga dari Samosir. Penamaan tanah Jawa untuk mengenang Indrawarman.

Selain eksistensi komunitas Jawa di Simalungun yang sudah berabad-abad, diketahui juga bahwa banyak tokoh-tokoh Batak yang diyakini merupakan keturunan Jawa seperti Mpu Bada yang diyakini orang Dairi sebagai nenek moyang mereka dan merupakan keturunan Jawa yang datang ke Sumatera.

Jadi tidak mudah untuk men-judge bahwa orang Jawa adalah orang pendatang akibat transmigrasi ke Sumatera atau ke salah satu provinsi, karena mungkin saja mereka telah terlebih dahulu eksis di tempat tersebut jauh sebelum nenek moyang orang Sumatera, atau Batak misalnya, mengalami penyebaran penduduk.